FIRST TRIP (Bukit Mokko - Patahan Lembang Bandung)

Rencana yang tidak direncanakan, perjalanan yang sangat menyenangkan bersama yang terkasih. Masih dengannya si pangeran kodokku, sedikit cerita di hari Rabu, 10 Mei 2017 sepulang kerja dan di hari itu ada seorang laki-laki meminta izin kepada orang tuaku untuk hanya sekedar mengajakku travelling. Alasannya karena dia mau mengajak aku pergi ke bandung, berangkat pada waktu malam hari dari Sukabumi kami berniat untuk melihat sunrise di pagi hari nya yaitu di bukit mokko. Dengan muka yang sedikit nervous harits memberanikan diri untuk berbicara di hadapan mamahku. Begitu melihat wajahnya ada sedikit senyum padaku dalam hati ku ingin berkata “Tuhan.. aku bahagia ada laki-laki yang berani berbicara langsung di depan orang tuaku dan ini pertama kalinya”. Setelah mamah memberi izin aku bergegas untuk bersiap mandi dan berganti pakaian. Haritspun melaksanakan sholat maghrib dahulu di mushola dekat rumahku. Setelah kami sama-sama selesai dan sudah bersiap akhirnya kami berpamitan ke mamah karena berhubung saat itu bapak sedang tidak ada di rumah dikarenakan ada pekerjaan ke luar kota maka aku pamit dan minta izin ke bapak dengan mengirim pesan ke nomornya.

Aku dan Harits melaju bersama motornya ba’da maghrib berangkat melintas jalan sukabumi menuju bandung. Dan yang harus kalian tahu ini kali pertama aku pergi ke suatu tempat tepatnya ke luar kota sukabumi dengan seorang pria diberi izin pula. Aku yakin mamah memberi kami izin karena percaya bahwa kami berdua takkan menghianati kepercayaan yang sudah mamah kasih. Disepanjang perjalanan kami banyak mengobrol, bercanda, dan tertawa kadang menertawakan hal yang tidak mesti di tertawakan. For your information sebetulnya kami tidak begitu hapal jalanan bandung ataupun jalan menuju bukit mokko bandung ini, kami hanya mengandalkan google map. Memang sempat beberapa kali aku pernah ke bandung itupun dengan bus sedikit banyak hapal jalan dari arah sukabumi menuju bandung cuman tidak sepenuhnya hapal tapi bisa sedikit menjadi petunjuk agar tidak tersesat.

Sepanjang motor melaju kita sempatkan untuk mampir ke pom bensin yang berada di daerah sukalarang kalau tidak salah, selanjutnya melaksanakan sholat isya terlebih dahulu mushola di pom itu memang tidak begitu luas tapi lumayan bersih. Disitu kami sholat berjamaah, kemudian setelahnya karena sama-sama lapar akhirnya mencari tempat makan terlebih dahulu, dan kita menemukan nasi goreng kaki lima untuk mengisi perut yang sudah keroncongan ini. 

Perjalanan dilanjutkan dengan kita mencari pom bensin yang menjual nitrogen sebab ban motornya perlu diisi nitrogen. Tak lama kemudian ketemu dengan si amang penjual nitrogen yang masih buka padahal itu sudah sangat larut malam. Ternyata kurang dari beberapa detik saja si amangnya sudah mau tutup kebetulan karena ada kami rezeki kan tidak boleh ditolak begitu katanya. Tidak sampai disitu perjalanan kami belum mulus karena harus singgah kembali ke sebuah indomaret sebab ada yang harus kubeli yaitu pembersih muka. Mencari dan bertanya ke kasirnya ternyata tidak menjual barang yang ku cari yasudah kuputuskan untuk membeli yang mendekati saja sama-sama dari lemon. Eitsss… tak boleh menyebutkan merk nya kan

Singkat cerita dengan beberapa persinggahan diatas perjalanan kamipun berlanjut dengan laju motor yang semakin cepat namun masih bisa terkendali oleh harits. Setiap perjalanan pun akan mendapati persinggahannya bukan? tidak akan selamanya berjalan mulus. Begitu juga dengan perjalanan kehidupan yang sesungguhnya entah dari pihak aku atau dia. Sebelumnya kami sama-sama pernah singgah ke lain orang sebelum sama-sama saling menemukan. Yang sekarang ini sudah cukup, lengkap, paket komplit pokoknya yaitu bersamanya

Malam semakin larut angin semakin dingin laju motor semakin kencang peganganku pun semakin kencang. Tak habis pikir aku padanya bisa sekuat itu bayangkan saja kita pergi ke bandung mengendarai motor semalaman tidak tidur pula. Yang dibonceng santai bisa tetap tidur sesekali meski tetap saja ada rasa takut kalau sudah celaka siapa yang tahu.

Kota Bandung sudah terlintas beberapa menit lagi sampai di tempat tujuan yaitu bukit mokko tepatnya di Desa Cimenyan Bandung Jawa Barat. Langit malam dengan lampu-lampu kendaraan yang sesekali menyorot menjadi saksi dua sejoli sedang menyusuri bandung. Seperti Dilan dan Milea kamipun punya kisah sendiri Harits dan Devita punya cerita. Cerita kami memang tidak di novelkan namun suatu saat nanti jika bisa boleh juga. Lama berkutit dengan google map perdebatan antara aku, harits dan google terjadi di atas motor yang tetap melaju, perlahan melambatkan lajunya.

Mengikuti arah petunjuk pada google map kami terus menusuri pertigaan jalan menuju arah jalan ke bukit mokko, jalannya tidak begitu besar dan kiri kanan banyak rumah-rumah serta warung. Lama kelamaan jalan semakin menanjak sebentar lagi menuju bukit mokko semakin sepi, kiri kanan sudah jarang ada rumah hanya terlihat seperti jurang nan gelap. Awalnya kami mengira jangan-jangan kami berdua nyasar jalan, sebab semakin menanjak dan hanya beralaskan batu dan tanah saja mana hari sudah sangat gelap. Tapi memang benar, jalan yang kami lalui tidak salah akhirnya sudah kelihatan ada lampu-lampu menghiasi bukit bintang dengan bentuk menyerupai bintang. Sebelum benar-benar sampai sebelah kanan jalan sudah terlihat view kota bandung dengan lampu di malam hari yang cantik. Sebetulnya harits melarangku untuk menengok ke arah kanan katanya biar surprise nanti pas nyampe atas. Aku bilang saja iya aku tidak melihat kearah kanan namun kenyataan nya aku mengintip sesekali, sungguh indah sekali cantik denganku yang masih dibonceng dan semakin mengencangkan peganganku pada harits. Sangat senang dan bahagia yang kurasakan..

Sesampainya di gerbang utama dengan waktu yang sudah larut malam sekitar pukul 22.00 lebih kemudian untuk parkir kira-kira tiket parkir Rp 5000/motor, dan melaju lagi ke arah atas ada banyak tempat seperti saung-saung dan warung-warung lalu kami memutuskan memilih salah satu warung yang dekat dengan bukit mokko, bapak penjaga warung juga baik serta ramah mempersilahkan kami untuk diam disitu sampai subuh tiba untuk nanti baru melihat sunrise. Motor diparkirkan tepat depan warung itu lantas kami duduk di tempat lesehan yang view nya langsung mengarah ke bawah dan terlihat dengan jelas gemerlap lampu-lampu dengan langit gelap begitu sangat indah dan cantik city light terlihat dari atas sini menambah kesan romantis diliburan kami kali ini.


Bapak penjaga warung cerita kalau sebelum nya masuk ke bukit mokko tidak tertutup seperti sekarang, sambil menunjuk kearah Warung daweung bukit mokko yang terlihat dari warungnya. Karena sekarang bukit mokko sudah ada yang mengelola jadi tempat wisata yaitu oleh bapak yang namanya Ir.Mokko oleh sebab itu dinamakan bukit mokko, masuk ke Warung daweung bukit mokko itu di bandrol voucher tiket seharga kalau ga salah Rp.30.000/orang (untuk nanti ditukar dengan makanan). Tidak hanya bukit mokko disana juga terdapat dermaga bintang, bukit bintang, dan patahan lembang cukup bayar juga Rp.15.000/orang. Karena kami berniat ingin melihat sunrise bapak penjaga warung menyarankan untuk melihatnya di patahan lembang bandung yang jaraknya ± 2 KM jalan kaki dari situ.

Waktu semakin larut malam karena besok itu tanggal merah dan hari libur, jadi warung sekitar bukit mokko tersebut buka 24 jam. Kami memutuskan tidak tidur semalaman, kita habiskan dengan berbincang-bincang banyak hal, bercanda dan tertawa, dari situ aku semakin mengenalnya juga merasa semakin dekat denganya dengan suasana yang mendukung pula menikmati keindahan city light bersama wedang jahe, bandrek dan pisang bakar menemani keromantisan malam kita.. haha seketika ku ingin ke toilet karena letak toilet ada di belakang aku minta dia menemaniku untuk menunggu di lorong sebelum toilet, lorong itu saksi tempat teromantis bagiku karena disitu harits kali pertama mengatakan hal tentang kejadian di mimpinya perasaanku kaget dan bahagia sekaligus. Intinya ada hal yang tidak bisa ku ceritakan kenapa aku bisa bilang tempat itu saksi bisu romantis serta warung bapak itu pun ikut menjadi saksi penyempurnaan keromantisan kita.

Adzan subuh berkumandang menandakan pagi telah datang, satu persatu dari kami bergantian mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat karena tempat sholat yang minim maka kami bergantian melaksanakan sholatnya. Seusai sholat lantas kami berpamitan dan izin menitip motor serta helm kepada si bapak, selanjutnya dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju tempat membeli tiket masuk ke patahan lembang. Sedikit informasi tiket masuk tersebut bisa digunakan untuk masuk ke 3 tempat yaitu puncak bintang, dermaga bintang, dan patahan lembang.


Hari masih gelap, karena kami ingin melihat keindahan sunrise dari puncak patahan lembang jadi kami memutuskan bergegas berjalan menuju arah patahan lembang dengan menusuri barisan hutan pinus yang saat subuh itu belum kelihatan indahnya karena saking gelapnya hanya cahaya mentari pagi yang sedikit demi sedikit keluar menerangi langkah jalan kami berdua.



Sepanjang perjalanan bersamanya ku habiskan dengan bercanda, ngobrol ngaler ngidul, sesekali berfoto, membuat video, dan mengeluh karena kelelahan berasa mendaki mahameru. Ini pengalaman trip pertamaku bersamanya, bahagia yang kurasa tak ternilai harganya. Langit semakin terang hutan pinus dan jurang semakin terlihat serta awan yang menyelimuti bukit terlihat cantik sungguh alam yang sangat indah ciptaanmu Tuhan. Kemudian aku berkata padanya “ayo cepat sebelum kita terlambat melihat sunrise”..






Beberapa meter akhirnya kita sampai juga di “Patahan lembang Bandung ±1.515 meter DPL” hal yang kurasakan luar biasa lelahnya terbayarkan dengan pemandangan bagiku yang awam ini belum pernah melihat keindahan bukit dengan sunrisenya juga dengan awan yang masih menyelimuti bukitnya ditemani dengan yang terkasih luar biasa indah ini yang dinamakan paket komplit.











Seperti kebanyakan orang tak lupa kami mengabadikan moment tersebut dengan berselfie ria, foto berdua dengan bagaimana pun caranya dilakukan, foto bergantian, dan sebagainya. Setelah puas beberapa menit disitu kita memtuskan untuk langsung bergegas pulang dan mencari sarapan dahulu. Kembali dengan berjalan kaki menuju tempat pertama kali kami sampai. Di 10 meter menuju arah pulang dia berbisik kepadaku mengatakan hal yang membuatku makin bahagia “Aku Sayang Kamu Devita” suaranya masih terngiang di kupingku membuat jantungku seakan berdetak lebih kencang. Aku tak bisa berkata apapun, hanya senyum bahagia yang ku balas dengan menatap matanya. Perjalanan terus berlanjut dan kami masih terus saling bersenda gurau, sesekali diantara hutan pinus dia membacakan puisi dadakan ciptaannya sambil membuat video diantara dedaunan hutan pinus..



Tuhan entah kata apa yang bisa kutulis untuk menggambarkan rasa bahagia ini, dari dulu dari sekian banyak aku mengenal laki-laki rasanya tidak ada yang seperti dia. Satu visi misi serta tujuan dia juga bisa menjadi seorang sahabat, teman, kakak, bahkan kekasih yang terhebat. Mungkin ini yang di namakan takdir, awal yang tidak disengaja di pertemukan tak kusangka bisa sampai sejauh ini menjalin hubungan bersamanya. Hari semakin siang matahari makin naik keatas seusai kembali ke warung si bapak kami diam sejenak hanya untuk rehat sebentar dan mengobrol kembali saling melontarkan pertanyaan “apakah hari ini kamu bahagia?”. Tentu pertanyaan itu tak perlu mendapat jawaban lagi, toh kalian sudah  tahu pasti kan jawabannya jelas “YA”. Kembali bercanda dan tertawa kemudian kami memutuskan untuk berpamitan dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada si bapak yang sudah sangat baik mempersilahkan kami diam ditempatnya semalaman untuk kemudian kami bergegas melanjutkan perjalanan pulang.





Perut sudah bunyi bertalu-talu dan kami memutuskan mencari tempat makan terlebih dahulu. Motor terus melaju meninggalkan bayangan bukit mokko, lantas motor terhenti di pinggir jalan sebelum pertigaan arah ke jalan raya untuk kemudian kami memutuskan memilih sarapan dengan soto ayam. Soto ayam dilahap oleh masing-masing dari kami yang telah kelaparan, setelah habis soto ayamnya rasa kantuk pun mulai menyerang kegokilan dia mulai muncul lalu timbul ide “kita sama-sama nunduk untuk tidur selama 10 menit dan nanti alarm akan bunyi jika waktunya sudah habis baru kita bangun kemudian lanjutkan perjalanan pulang” ucapnya seperti itu. Aku mengangguk setuju patuh oleh perintahnya.

Handphone nya pun mengeluarkan bunyi suara pertanda waktu tidur 10 menit telah usai, setelah dia membayar soto yang telah kami makan langsung naik keatas motor kembali untuk melanjutkan perjalanan pulang menuju Sukabumi. Seperti biasa perjalanan pulangpun kami masih mengandalkan google map. Thank you so much for google map yang telah menunjukkan arah kepada kami. Aku, harits, dengan sepeda motor yang kami kendarai semakin cepat melaju meninggalkan kota Bandung yang hari itu sudah mewarnai kisah kami. Tak sadar perlahan mataku semakin mengantuk kemudian tertidur di bahu harits. Saat terbangun masih di daerah cianjur dia cerita katanya tadi saat aku tidur sepertinya jalannya beda dari yang aku tunjukan terasa lebih jauh dari sebelumnya.. “maafkan ya rits ku tertidur habisnya ngantuk sekali”.

Sukabumi telah sampai pula akhirnya meski kita berdua sudah sama-sama saling mengantuk sebab tidak tidur semalaman tetap saja kami menahan rasa kantuk dengan berniat mampir dulu ke sebuah warung yang menjual es kelapa muda agar kembali segar, modus banget sih sepertinya memang kita sama-sama tidak ingin cepat berpisah dulu.. di warung itu kami berbincang kembali sambil menikmati segarnya es kelapa muda sampai ada percakapan polos nan lucu yang kulontarkan oleh sebab menjawab pertanyaan Harits. Eitss.. pasti penasaran takkan ku ceritakan yang tahu itu lucu hanya kami berdua. finnaly sampai juga di rumah, lelah yang menyenangkan semoga akan ada trip selanjutnya. Setelah mengantarku pulang ke rumah haritspun pergi dengan motornya untuk kemudian pulang ke rumahnya juga agar beristirahat setelah mengalami tidak tidur semalaman. See you soon….


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Komunikasi Bisnis (Pesan-pesan Bisnis)

Makalah Asuransi (Bank dan Lembaga Keuangan)

Pengertian Merkantilisme, Kapitalisme, Komunisme, Sosialisme, Fasisme, dan Demokrasi Ekonomi (Perekonomian Indonesia)