4 Macam Kemiskinan Di Indonesia:
1.
Kemiskinan
Absolut
Kemiskinan absolut adalah apabila
tingkat pendapatan seseorang dibawah garis kemiskinan atau sejumlah
pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum (basic needs),
antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan
yang diperlukan untuk hidup dan bekerja.
Penyebabnya terjadi apabila
tingkat pendapatannya dibawah garis kemiskinan atau sejumlah pendapatannya
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimun, antara lain kebutuhan pangan,
sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan
kapasitas agar bisa hidup dan bekerja. Kemiskinan jenis ini mengacu pada satu
standard yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat /negara.
Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari penduduk yang
makan dibawah jumlah yang cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira
2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa). Bank Dunia mendefinisikan
Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD $1/hari,
dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari. Dengan
batasan ini maka diperkiraan pada 2001 terdapat 1,1 miliar orang didunia
mengkonsumsi kurang dari $1/hari, dan 2,7 miliar orang didunia
mengkonsumsi kurang dari $2/hari.
2.
Kemiskinan
Relatif
Kemiskinan relatif muncul jika kondisi seseorang atau
sekelompok orang dibandingkan dengan kondisi orang lain dalam suatu daerah. Kemiskinan
relatif adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi di atas garis
kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan masyarakat
sekitarnya. Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di negara bekembang,
ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara
maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari
dan daerah pinggiran kota.
3.
Kemiskinan
Struktural
Kemiskinan struktural ialah kondisi atau situasi
miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh
masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pendapatan. Kemiskinan struktural
muncul karena ketidakmampuan sistem dan struktur sosial dalam menyediakan
kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja. Struktur
sosial tersebut tidak mampu menghubungkan masyarakat dengan sumber-sumber yang
tersedia, baik yang disediakan oleh alam, pemerintah maupun masyarakat yang ada
disekitarnya. Kemiskinan yang
disebabkan struktur dan sistem ekonomi yang timpang dan tidak berpihak pada si
miskin, sehingga memunculkan masalah-masalah struktural ekonomi yang makin
meminggirkan peranan orang miskin.
4.
Kemiskinan
Sosial Budaya (kultural)
Kemiskinan kultural. Kemiskinan penduduk terjadi
karena kultur atau budaya masyarakatnya yang sudah turun temurun yang membuat
mereka menjadi miskin (Mardimin, 1996:24). Dikaitkan dengan budaya masyarakat yang “menerima”
kemiskinan yang terjadi pada dirinya, bahkan tidak merespon usaha-usaha pihak
lain yang membantunya keluar dari kemiskinan tersebut.
Berkaitan
dengan upaya penanggulangan masalah kemiskinan diperlukan upaya yang memadukan
berbagai kebijakan dan program pembangunan yang tersebar di berbagai sektor. Kebijakan
pengentasan kemiskinan menurut Gunawan Sumodiningrat (1998) dapat dikategorikan
menjadi 2 (dua), yaitu kebijakan tidak langsung, dan kebijakan yang langsung.
Kebijakan tidak langsung meliputi (1) upaya menciptakan ketentraman dan
kestabilan situasi ekonomi, sosial dan politik; (2) mengendalikan jumlah
penduduk; (3) melestarikan lingkungan hidup dan menyiapkan kelompok masyarakat
miskin melalui kegiatan pelatihan. Sedangkan kebijakan yang langsung mencakup:
(1) pengembangan database dalam penentuan kelompok sasaran ; (2) penyediaan
kebutuhan dasar (pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan); (3)
penciptaan kesempatan kerja; (4) program pembangunan wilayah; dan (5) pelayanan
perkreditan.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar